Aturan Penggunaan Warna Desain Grafis

Di dunia desain grafis, ada aturan dan tata cara yang mesti kamu ikuti dalam membuat karya agar hasil yang didapatkan bisa maksimal. Bukan hanya soal bikin visual yang menarik, tapi bagaimana agar tujuan dari pembuatan karyamu bisa sampai ke audiens dengan baik. Salah satu bagian yang paling penting dari sebuah karya desain grafis adalah warna.

Sebagai elemen esensial untuk karya visual, ada beberapa hal penting yang mesti diperhatikan dalam memilih, menempatkan, dan menggabungkan warna di setiap desain. Nah, kali ini kami punya panduan aturan penggunaan warna untuk desain grafis yang siap membantumu menciptakan karya yang lebih berkualitas. Simak dengan seksama yah!

1.Kuasai Diagram Warna

Ingatkah kamu dengan pelajaran seni rupa tentang di bangku sekolah dulu? Nah, hal dasar yang selalu diajarkan pertama kalinya tentu saja adalah tentang warna. Pastinya kamu sudah familiar dengan istilah warna primer, sekunder, dan tersier dong. Tiga warna primer adalah merah, kuning, dan biru. Kombinasi dari ketiga warna tersebut yang kemudian menciptakan kompleks warna sekunder, yaitu hijau, ungu, dan oranye, serta dua belas warna tersier.

Gabungan dari seluruh warna primer, sekunder, dan tersier membentuk diagram lingkaran warna atau color wheel. Aturan penggunaan warna yang paling mendasar tentu saja dimulai dengan mempelajari sistem color wheel ini. Dari sistem ini, warna dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan kecenderungan temperaturnya, yaitu hangat dan dingin.

2. Bermain dengan Warna Undertone

Masih seputar color wheel, aspek yang tak kalah krusial untuk diperhatikan adalah soal warna undertone. Coba perhatikan gambar color wheel di atas dengan seksama. Dalam diagram tersebut, pembagian warna secara gamblang dipisah antara cool tone dan warm tone. Masing-masing dibagi dalam enam warna berbeda. Setiap warna utama tersebut punya undertone atau warna “tersembunyi” yang muncul di balik warna tersebut.

Untuk pemakaian kombinasi warna merah misalnya, kamu dapat menggunakan warna komplementer yang memiliki undertone sama, misalnya abu-abu dengan warna undertone merah. Aturan ini dibuat berdasarkan temperatur yang ada pada setiap warna. Kelompok warna warm biasanya memiliki undertone merah dan warna biru untuk cool tone. Meskipun ada juga shade warna biru seperti ungu yang punya undertone warm.

3. Pahami Psikologi Warna

Tahukah kamu jika setiap warna dapat memberikan impresi yang berbeda terhadap berbagai hal? Misalnya warna merah, kuning, dan oranye yang kerap digunakan di restoran untuk memancing rasa lapar dan selera makan para pelanggan. Sementara hijau, biru, dan putih banyak dipilih untuk berbagai bidang di industri medis karena mampu memberikan kesan yang bersih, higienis, alami, dan tenang.

Nah berbagai perspektif yang berbeda inilah kemudian dijadikan sebagai patokan dalam aturan penggunaan warna dalam pembuatan suatu karya desain grafis. Tujuannya tentu agar karya yang dihasilkan bisa sesuai dan diterima dengan baik oleh target audiens. Apalagi jika karya tersebut memang sengaja dibuat untuk tujuan komersial, seperti untuk keperluan iklan atau konten jualan.

Kebutuhan akan digital IT sangat dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari, Bead IT Consultant merupakan pilihan tepat sebagai partner anda,kunjungi website kami dengan klik link ini : www.beadgrup.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *