Mungkin banyak dari kita dulu ingat bahwa tata surya kita itu terdiri dari sembilan planet, dan Pluto adalah salah satunya. Tetapi kemudian Pluto tak dianggap lagi sebagai planet.
Kenapa demikian?
Pluto ditemukan pada tanggal 18 Februari 1930 seorang astronom yang bernama Clyde W. Tombaugh dengan kontribusi dari William H. Pickering di Observatorium Lowell tepatnya Flagstaff, Arizona yang mengira bahwa ia telah berhasil menemukan planet ke-9 di tata surya kita, setelah Neptunus.
Untuk sebuah planet di tata surya kita ukurannya memang terbilang kecil, pasalnya ukuran Pluto sangat kecil dan timpang jika dibandingkan dengan planet-planet lainnya. memang ukuran Pluto tidak terlalu kecil, namun jika kita belajar mengenai astronomi, kita akan tahu bahwa ukuran Pluto memang tidak sebanding dengan planet normal lainnya.
Bahkan, Pluto memiliki ukuran yang lebih kecil ketimbang Bulan. Dicatat dalam Universe Today, diameter Pluto hanya mencapai 2.390 km dan itu adalah ukuran dari 70 persen Bulan atau 18 persen ukuran Bumi.
Persoalan ukuran sebuah objek angkasa memang sempat menjadi perdebatan ilmiah di antara kalangan akademisi.
Namun, jika memang ukuran dan massa sebuah objek angkasa terlalu kecil, seharusnya ia tidak dapat membentuk orbit yang sempurna dan mustahil kekuatan gravitasinya dapat menyapu bersih objek-objek di sekitarnya. Ingat bahwa gravitasi planet haruslah mendominasi lintasan orbitnya. Rupanya, kecilnya massa dan ukuran Pluto membuat Pluto menjadi objek dengan orbit yang “cacat”.
Tetapi para astronom pada saat itu sangat yakin bahwa Pluto memang planet ke-9 di tata surya kita.
Kemudian permasalahannya muncul ketika teleskop yang lebih canggih berhasil dikembangkan pada saat itu, dari hasil pengamatan kita mengetahui bahwa Pluto hanyalah salah satu dari banyak sekali objek langit yang berada di area yang bernama Kuiper Belt.
Di Kuiper Belt ini terdapat sekitar 70.000 objek langit seperti Pluto, salah satunya adalah Eris yang ukurannya lebih besar dari Pluto, dimana akhirnya itu membuat status Pluto sebagai planet dipertanyakan.
Banyaknya objek langit seperti Pluto di luar sana membuat para astronom akhirnya membuat syarat untuk sebuah objek langit bisa disebut sebagai planet.
Syarat pertama, adalah objek tersebut harus mengorbit matahari.
Syarat kedua, objek tersebut harus berbentuk bulat sebagai pertanda bahwa objek tersebut memiliki gravitasi yang cukup kuat.
Dan syarat yang terakhir adalah objek tersebut harus merupakan objek dengan gravitasi yang cukup kuat, sehingga dapat membersihkan objek-objek lain dari orbitnya.
Lantas, apa yang dimaksud dengan belum “membersihkan” lingkungan orbitnya dari objek lain? Dilansir dari Library of Congress, 19 September 2019, kriteria tersebut berarti planet harus menjadi dominan secara gravitasi sehingga tidak ada benda lain dengan ukuran sebanding, selain satelitnya sendiri atau benda di bawah gravitasinya, di sekitar ruang orbitnya.
Dalam hal ini, Pluto berbagi lingkungan orbit dengan objek sabuk Kuiper seperti plutino. Dan syarat terakhir inilah yang tak bisa dipenuhi oleh Pluto yang malang.
Tetapi kemudian untuk mengelompokkan planet-planet seperti Pluto ini, para astronom menciptakan sebutan khusus yang bernama Dwarf Planet atau Planet Kerdil.
Jadi kita harus berterimakasih kepada Pluto, karena faktanya sebelum kasus Pluto di tahun 2006 kita tidak memiliki syarat spesifik untuk sebuah objek langit bisa disebut sebagai planet.
Dan mungkin saja jika bukan karena Pluto objek berbentuk bulat apapun yang melayang di angkasa bisa saja kita sebut sebagai planet.
Kebutuhan akan digital IT sangat dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari, Bead IT Consultant merupakan pilihan tepat sebagai partner anda,kunjungi website kami dengan klik link ini : www.beadgrup.com